Petani Udik

Recent Posts

ads

Hot

Post Top Ad

Your Ad Spot

Rabu, 28 Maret 2018

Kartu Tani Jadi Syarat Bisnis "E-Commerce"

13.57 0

Sayur-mayur, beras, dan umbi-umbian yang dijual di regopantes.com. Petani yang ikut di e-commerce ini harus punya Kartu Tani.



KOMPAS.com - Kartu Tani yang merupakan kartu alat transaksi berupa kartu debit yang dapat digunakan oleh para petani untuk membeli pupuk bersubsidi kini menjadi syarat pula untuk bisnis e-commerce. "Syarat untuk ikut bisnis ini adalah petani memiliki Kartu Tani," tutur COO PT 8Villages & Founder RegoPantes Wim Prihanto pada Senin (23/10/2017). Win Prihanto mengatakan hal tersebut saat meluncurkan sistem perdagangan secara elektronik (e-commerce) bertajuk RegoPantes. Melalui sistem yang termaktub di laman regopantes.com, petani diajak berpartisipasi untuk menjual produknya langsung kepada pembeli. RegoPantes sejatinya telah diluncurkan kepada petani pada 23 September 2017 di Magelang, Jawa Tengah. Aplikasi e-commerce ini mendapat dukungan dari salah satu bank pemerintah yang juga menjadi penerbit Kartu Tani, BNI. Menurut laman bni.co.id, sampai dengan 2017 usai, BNI bakal menyalurkan hingga 1,3 juta Kartu Tani. (Baca: Apa Enaknya Punya Kartu Tani?) Sementara itu, catatan dari Direktur Bisnis Kecil Jaringan BNI Catur Budi Harto mengatakan bahwa petani yang memegang Kartu Tani BNI bisa mendapatkan pelatihan untuk mengembangkan potensi diri mengelola lahan pertanian. Petani pemegang Kartu Tani BNI juga memiliki kesempatan menikmati program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam bentuk semisal alat pertanian traktor. Pada sisi berikutnya, Kartu Tani di bisnis e-commerce RegoPantes merupakan jaminan bahwa produk yang diperjualbelikan memang dikelola petani bersangkutan. Sampai kini, sudah ada 850 petani pemegang Kartu Tani mengunduh aplikasi ini. Lalu, ada sekitar 4.500 konsumen yang sudah terdaftar untuk memanfaatkan situs jual-beli ini. Sejauh ini, imbuh Wim, sentra produk yang dijual di laman tersebut baru ada di Magelang. Namun, wilayah penjualan produk sudah meliputi Jabodetabek. Pada proses jual-beli ini, terang Wim lagi, pihaknya masih membubuhkan ongkos kirim barang. Untuk pengiriman dari Magelang, misalnya, ongkos kirimnya di kisaran Rp 9.000 per kilogram. "Harga yang tercantum sudah termasuk ongkos kirim dan asuransi," pungkas Wim Prihanto. COO PT 8Villages & Founder RegoPantes Wim Prihanto. E-commerce regopantes.com mengusung tema Membeli Itu Membantu. (Kompas.com/Josephus Primus

Penulis : Josephus Primus
Read More

Pakar Pertanian: Revisi HPP Gabah/Beras

13.51 0
Gambar terkait


Kalangan pakar pertanian mengusulkan agar pemerintah merevisi harga pembelian pemerintah (HPP) gabah/beras yang ada dalam Inpres No. 5/2015. Alasannya, saat ini harga gabah/beras sudah jauh di atas HPP, sehingga sulit bagi Bulog untuk melakukan pengadaan.
Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Prof. Dwi Andreas Santosa berharap pemerintah merevisi kebijakan HPP. Sebab, HPP yang berlaku saat ini sudah sejak tahun 2015. Saat itu pemerintah menaikkan HPP 12%, tapi inflasi mencapai 21%.
“Sekarang ini tahun 2017, HPP tidak diubah, padahal inflasi mencapai 28%. Ini mencederai petani,” katanya saat Diskusi Politik Ekonomi dan Tata Kelola Perberasan, serta Dampaknya terhadap Stabilitas Nasional di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kajian AB2TI pada September 2016 lalu, biaya produksi usaha tani padi sudah mencapai Rp 4.199/kg, sementara HPP masih tetap Rp 3.700/kg. Artinya, sampai kapan pun HPP itu tidak akan pernah tercapai. Karena itu AB2TI berharap, pemerintah segera mengubah HPP sebelum Maret minimal Rp 4.300/kg.
Tingginya harga gabah di lapangan, juga menyebabkan harga beras di pasar cukup tinggi. Meski pemerintah membuat HET beras medium Rp 9.450/kg, tapi harga di pasar sudah Rp 10.500/kg. Artinya HET tidak akan berlaku di lapangan. Harga beras akan tetap tinggi karena harga gabah tinggi di atas Rp 4.500/kg. “Angka itu jauh lebih tinggi dari tahun lalu, pada April 2017 harga GKP Rp 3800/kg, sekarang Rp 4.500/kg,” paparnya.
AB2TI berharap harga gabah tetap tinggi, karena akan menguntungkan petani. Tapi sayangnya, pemerintah justru mengimpor beras sehingga dalam jangka panjang menekan harga di tingkat petani. “Bagi AB2TI impor tidak masalah asalkan dilepas setelah selesai panen, sekitar Juli,” ujarnya.
Inpres Sulit Diterapkan
Sementara itu Guru Besar UGM, Prof. Maksum Machfoedz menilai, persoalan utama perberasan nasional pangkalnya Inpres Perberasan. Inpres yang diterbitkan pemerintah tahun 2015 tersebut kini sulit diterapkan, karena  beberapa sebab.
Pertama, HPP yang ditetapkan jauh lebih rendah dari harga pasar. Karena itu saat panen dipastikan petani sudah mengetahui harga bakal tinggi. Harga gabah kini mencapai 4.500/kg, sementara harga GKP sesuai Inpres Perberasan hanya Rp 3.700/kg. “Jadi, secara inpemiris tidak masuk akal, Bulog bisa melakukan pengadaan yang sangat besar,” katanya.
Hitungan HPP yang berlaku saat ini, jika biaya giling gratis dan rendemen 63,3-64,11%. Namun kalau biaya giling Rp 300/kg, maka rendemen gabahnya 65,79-66,44%. Atau kalau biaya giling Rp 500/kg, maka rendemen gabah harus 67,65-68,39%. Padahal dengan kondisi penggilingan padi saat ini, rendemen gabah tidak ada yang sampai 64%. Bahkan secanggih apa pun penggilingan gabah, tidak ada rendemen yang sampai 68%.
Karena itu Maksum melihat terjadi krisis beras yang sifatnya abadi. Pertama, Inpres 5/2015 lemah, karena besaran HPP terlalu rendah dibandingkan harga di pasar. Kedua, untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah lalu membuat kebijakan subsidi pangan untuk penggilingan melalui program TTI agar harga beras Rp 7.500/kg.
Ketiga, pemerintah menetapkan HET beras medium Rp 9.459/kg dan beras premium Rp 12.800/kg, akhirnya juga mubazir. Meski kemudian pemerintah membuat fleksibilitas penyerapan gabah dengan harga 10% dan 20% di atas HPP, ternyata tidak berdampak. Akibatnyam Bulog gagal melakukan pengadaan saat panen raya. Bulog juga terlambat menyerap gabah. Yul
Editor : Yulianto
Read More

Minggu, 18 Maret 2018

6 Benih padi berkualitas terbaik di Indonesia

09.05 0
Hasil gambar untuk padi


Bagi para petani tentunya mempunyai perhitungan yang matang untuk melakukan proses penanaman padi.Dimulai dari pemilihan benih, pupuk, pestisida dan penentuan waktu yang tepat pula.


Banyak proses yang dilakukan para petani sebelum melakukan penanam padi secara menyeluruh.Dimulai dari peroses penggemburan tanah lewat proses dicangkul atau menggunakan mesin, pemberian pupuk pada tanah sebelum penanaman, dan penyiapan benih jika memang mau menanam benih sendiri.

Dari banyaknya jenis benih padi yang ada, berikut beberapa jenis benih padi terbaik di Indonesia :

1.Benih Bibit Padi Premium Ciherang Janger Malai Padi Seperti Hibrida


Benih Padi Janger

Benih padi varietas Ciherang merupakan salah satu varietas yang banyak ditanam oleh petani di Indonesia karena mempunyai banyak kelebihan. Beberapa kelebihan varietas Ciherang adalah Menghasilkan beras yang pulen dan enak.

Mampu beradaptasi di segala tempat kondisi alam.Umurnya yang relatif lebih singkat.Malai yang banyak serta bulirnya yang banyak pula,Dsb.Dan salah satu produk benih padi varietas Ciherang yang mempunyai kelebihan yang lebih adalah varietas Ciherang merek JANGER.

Produk ini merupakan benih padi varietas Ciherang yang masuk dalam kategori Premium, karena kelebihannya yang melebihi rata - rata produk benih padi varietas Ciherang produksi dari penangkaran benih padi yang padi kualitas super "JANGER" varietas ciherang, benih padi cap janger menghasilkan anakan lebih banyak, pertanaman lebih sehat, lebih tahan terhadap serangan hama penyakit dan berpotensi hasil panen yang tinggi, karena berasal dari benih yang super.

Berikut penjelasannya :

Umur tanaman : 110-115 hari setelah semai
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 117-125 cm
Anakan produktif : 18-23 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23%
Indeks Glikemik : 54
Bobot 1000 butir : 28 g
Rata-rata hasil : 10,0 t/ha
Potensi hasil : 12 t/ha
Ketahanan terhadap Hama Penyakit :
Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3
Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV

2.Benih Padi Premium Inbrida Ciherang Bisi Cap Kapal Terbang

Benih Padi Ciherang
#Jumlah anakan 25-35
#Potensi hasil bisa mencapai 14 ton/ha.
#Rata-rata hasil 10 ton/ha.
#Bentuk gabah slender panjang.
#Dapat dipanen mulai umur #100-105 hari setelah tanam.
#Tahan hama wereng.
#Agak tahan potong leher.
#Rendemen berat 72%.
#Nasinya pulen dengan rasa enak.
#Dapat dipindah tanam pada umur 18-21 HSS,
#Cukup 2-3 bibit per rumpun.

Pedoman Teknis Budidaya.Com
- Rekomendasi Benih
Gunakan benih padi bersetifikat produksi SARITANI UNGGUL. Siapkan benih padi 25 - 30 kg/ha.
- Persemaian
untuk lahan seluas 1 ha diperlukan persemaian seluas 400 - 500 m2 dengan lebar bedengan 120 - 130 cm dan jarak bedengan 20 - 30 cm. Taburkan benih 70 gram/m2. Tepi kanan dan kiri 10 cm tidak di taburi benih. Gunakan dosis pemupukan berimbang sesuai rekomendasi setempat. Benih padi gogo tidak memerlukan persemaian.
- Persiapan Lahan
Lahan di genangi air terlebih dahulu 5-6 hari sebelum diolah. Lahan dibajak dua kali untuk mendapatkan pelumpuran yang baik. Garuk dan ratakan permukaan tanah hingga siap tanam.
- Pindah Tanam
Pindah tanam dilakukan saat benih berumur 15 - 20 hari agar pembentukan anakan lebih optimal. Gunakan jarak tanam sesuai rekomendasi setempat.

3.Benih Bibit Padi IR64 Super Cap Dua Kuda

Benih Padi Ir 64
 Umur tanaman : 110-115 hari setelah semai
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 107-115 cm
Anakan produktif : 14-18 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23%
Indeks Glikemik : 54
Bobot 1000 butir : 28 g
Rata-rata hasil : 6,0 t/ha
Potensi hasil : 8 t/ha
Ketahanan terhadap Hama Penyakit :
Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3
Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV 


4.Benih Padi Situ Bagendit

Benih Padi Situ Bagendit
Deskripsi Varietas Padi Situ Bagendit :

Nomor seleksi : S4325D-1-2-3-1
Asal Persilangan : Batur/2*S2823-7D-8-1-A
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110 – 120 hari setelah semai
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 99 – 105 cm
Anakan produktif : 12 – 13 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 22 %
Bobot 1000 butir : 27,5 g
Rata-rata hasil : 4,0 t/ha pada lahan kering
5,5 t/ha pada lahan sawah
Potensi hasil : 6,0 t/ha
Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan terhadap blas•
Agak tahan terhadap hawar daun bakteri • strain III dan IV
Anjuran tanam : Cocok ditanam di lahan kering maupun ditanam di lahan sawah
Pemulia : Z.A. Simanullang, Aan A. Daradjat, Ismail BP, dan N. Yunani,
Tim peneliti : Mukelar Amir, Atito D., dan Y. Samaullah,
Teknisi : Meru, U. Sujanang, Karmita, dan Sukarno
Dilepas tahun : 2003

5.Benih Bibit Padi Premium Ciherang Janger LOGAWA Malai Padi Seperti Hibrida

Benih Padi Logawa

Deskripsi Varietas Logawa
  • Nomor seleksi : B5960-MR-18-1-1
  • Asal persilangan : Cisadane/Bogowonto//2*Cisadane
  • Golongan : Cere
  • Umur tanaman : 110 – 120 hari setelah semai
  • Bentuk tanaman : Tegak
  • Tinggi tanaman : 81 – 94 cm
  • Anakan produktif : 8 – 12 batang
  • Warna kaki : Hijau
  • Warna batang : Hijau
  • Warna telinga daun : Tidak berwarna
  • Warna lidah daun : Tidak berwarna
  • Warna daun : Hijau
  • Muka daun : Kasar
  • Posisi daun : Tegak
  • Daun bendera : Tegak
  • Bentuk gabah : Ramping
  • Warna gabah : Kuning
  • Kerontokan : Mudah rontok
  • Kerebahan : Tahan
  • Tekstur nasi : Pera
  • Kadar amilosa : 26 %
  • Bobot 1000 butir : 27 g
  • Rata-rata hasil : 6,8 t/ha
  • Potensi hasil : 7,5 t/ha
  • Ketahanan terhadap Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2
  • Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III
  • Anjuran tanam : Baik untuk lahan sawah dataran rendah (< 500m dpl.)

 6.Benih Padi Mekongga Bersertifikat

Benih Padi Mekongga
Mekongga merupakan persilangan antara padi jenis Galur A2970 yang berasal dari Arkansas Amerika Serikat dengan varietas yang sangat populer di Indonesia yaitu IR 64. Secara fisik, bentuk tanamannya tegak dengan tinggi tanaman berkisar antara 91 sampai 106 cm.

Anakan produktif 13-16 batang, bentuk gabahnya ramping panjang dengan tekstur rasa beras yang pulen karena kadar amilosanya mencapai 23%.

"Bobot 1.000 butir gabah mekongga mencapai 28 gram, sehingga kurang lebih potensi hasil varietas ini mencapai 8,4 ton per hektare dengan teknik budidaya yang tepat," jelasnya.

Varietas ini memiliki resistensi yang cukup baik terhadap serangan hama dan penyakit seperti serangan wereng coklat biotipe 2 dan 3 dan penyakit bakteri daun. Sehingga diharapkan petani tidak lagi dipusingkan dengan serangan hama dan penyakit tersebut.

Masih banyak lagi tentunya benih padi berkualitas lainnya.Pilih secara bijak sesuai kondisi musim di daerah masing-masing.Pada benih yang sama belum tentu dapat tumbuh dengan baik didaerah lainnya.
Read More

Padi Unggul Baru Tahan Hama Wereng Batang Cokelat

08.48 0



ama wereng batang cokelat telah mengancam produksi padi di berbagai negara di dunia sejak tahun 1970an. Dalam periode 2010-2013, ledakan hama wereng merusak lebih dari 3 juta ha padi di Thailand, 0,5 juta ha di Indonesia, dan 1,5 juta ha per tahun di China.
Tanpa pengendalian, hama yang berbahaya ini dapat menggagalkan panen padi. Pengendalian dengan insektisida terbukti merusak lingkungan dan memicu ledakan serangan. Penyebab berkembangnya hama wereng cokelat antara lain perubahan biotipe dan penanaman varietas rentan. Varietas unggul yang semula dinyatakan tahan hama wereng cokelat, beberapa musim kemudian berubah tingkat ketahanannya, sehingga perlu diganti dengan varietas unggul baru yang bereaksi tahan.
Badan Litbang Pertanian telah melepas beberapa varietas unggul baru padi tahan wereng cokelat, antara lain Inpari 18, Inpari 19, Inpari 31, Inpari 33, Inpari 34 Salin Agritan, dan Inpari 35 Salin Agritan.
Inpari 18 mampu berproduksi hingga 9,5 t/ha dengan rata-rata 6,7 t/ha, umur genjah 102 hari, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 18%. Selain tahan hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan agak tahan biotipe 3, Inpari 18 juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan agak tahan patotipe IV. Padi unggul ini cocok dikembangkan pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan dengan ketinggian tempat 0-600 m dari permukaan laut (dpl).
Varietas Inpari 19 memiliki potensi hasil 9,5 t/ha dengan rata-rata 6,7 t/ha, umur genjah 104 hari, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 18%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan agak tahan biotipe 3, padi unggul ini juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan agak tahan patotipe IV. Inpari 19 sesuai ditanam pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan dengan ketinggian lokasi pengembangan 0-600 m dpl.
Inpari 31 berpotensi hasil 8,5 t/ha dengan rata-rata 6,0 t/ha, umur 112 hari, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 21,1%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan 3, padi unggul baru ini juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III, tahan penyakit blas ras 033, dan tahan penyakit tungro ras Lanrang. Inpari 31 cocok dikembangkan pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian lokasi 600 m dpl.
Varietas Inpari 33 mampu berproduksi 9,8 t/ha dengan rata-rata 6,6 t/ha, umur 107 hari, tekstur nasi sedang dengan kadar amilosa 23,4%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, 2, dan 3, padi unggul baru ini juga tahan penyakit hawar daun bakteri protipe III, dan tahan penyakit blas ras 073. Inpari 33 sesuai dikembangkan pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian lokasi 600 m dpl dan tidak dianjurkan ditanam pada lahan sawah endemik penyakit tungro.
Inpari 34 Salin Agritan berumur genjah 102 hari dengan potensi hasil 8,1 t/ha, rata-rata 6,0 t/ha, tekstur nasi agak pera dengan kadar amilosa 22,8%. Tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 1, varietas unggul baru ini juga tahan penyakit blas ras 033 dan 173, toleran salinitas, dan dapat dikembangkan pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian lokasi 500 m dpl.
Inpari 35 Salin Agritan berpotensi hasil 8,3 t/ha, umur 106 hari, tekstur nasi agak pera dengan kadar amilosa 24%. Agak tahan terhadap wereng cokelat biotipe 1, padi unggul baru ini juga tahan penyakit blas ras 073, dan tidak dianjurkan ditanam pada lahan sawah endemik tungro.
Read More

Pemupukan pada Tanaman Padi

08.44 0



Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi memerlukan hara N sebanyak  17,5 kg (setara 39 kg Urea), P sebanyak 3 kg (setara 9 kg SP-36) dan K sebanyak 17 kg (setara 34 kg KCl). Dengan demikian bila petani menginginkan hasil gabah yang tinggi tentu diperlukan pupuk yang lebih banyak. Pada dasarnya pupuk merupakan makanan bagi tanaman. Terdapat 2 jenis pupuk yaitu pupuk anorganik (pupuk pabrik) dan pupuk organik.
Untuk mendapatkan hasil gabah yang tinggi dengan tetap mempertahankan kesuburan tanah, maka perlu dilakukan kombinasi pemupukan antara pupuk anorganik dengan pupuk organik. Keuntungan dari applikasi kombinasi kedua jenis pupuk tersebut adalah kekurangan sifat pupuk organik dipenuhi oleh pupuk anorganik, sebaliknya kekurangan dari pupuk anorganik dipenuhi oleh pupuk organik.
Tanaman padi memerlukan banyak hara N dibanding hara P ataupun K. Hara N berfungsi sebagai sumber bahan untuk pertumbuhan tanaman, pembentukan anakan, pembentukan klorofil yang penting untuk proses asimilasi, yang pada akhirnya memproduksi pati untuk pertumbuhan dan pembentukan gabah. Hara P berfungsi sebagai sumber tenaga untuk memenuhi kualitas hidup tanaman seperti keserempakan tumbuh dan pematangan. Sementara itu hara K berfungsi sebagai komponen pendukung berlangsungnya reaksi ensim dalam tanaman. Selain itu berfungsi juga memperbaiki rendemen gabah, ketahanan terhadap kekeringan, ketahanan terhadap penyakit tanaman, dan kualitas gabah. Dengan demikian untuk mendapatkan gabah dengan kuantitas tinggi dan kualitas yang baik maka tanaman perlu diberi hara yang lengkap.
Pemberian hara dalam bentuk pupuk dapat dilakukan berdasarkan fase pertumbuhan tanaman, ataupun dengan melihat penampilan tanaman di lapangan. Salah satu cara pemberian pupuk Urea pada tanaman padi adalah  dengan mengawasi perubahan warna daun dengan bantuan alat yang dinamakan bagan warna daun (BWD). Bagan warna daun berupa alat berbentuk “kartu” yang memiliki warna dari hijau muda sampai hijau tua, dengan skala 1 – 4 atau 1 – 6. Untuk menentukan saat pemupukan N, pada hamparan tanaman padi,  diambil secara acak sebanyak 15 – 20 rumpun contoh, kemudian cocokan warna daunnya dengan warna hijau pada alat BWD. Bila rata-rata pengamatan warna hijau daun berada di skala warna 3 atau lebih rendah lagi (pada BWD  4 skala) atau di skala 4 atau lebih rendah lagi (pada BWD 6 skala) maka tanaman segera dipupuk N (Urea dan sejenisnya) karena tanaman telah mengalami lapar hara N. Namun bila pada monitoring BWD diperoleh rata-rata lebih dari skala 3 (pada BWD  4 skala) atau lebih dari skala 4 (pada BWD  6 skala), maka tanaman tidak perlu diberi pupuk N (Urea) karena tanaman masih mampu memperoleh hara N dari tanah. Monitoring pemberian pupuk dengan alat BWD dilakukan sejak 14 HST sampai fase berbunga (63 HST) setiap 7 hari sekali. Banyaknya penambahan Urea, bila terjadi kekurangan hara N adalah 70 kg Urea/ha. Berdasar pengalaman cara pemberian Urea seperti itu dapat dihemat rata-rata 100 kg/ha tanpa menurunkan hasil gabah. 
Bila pemberian pupuk dilakukan secara terjadwal berdasarkan fase pertumbuhan tanaman, maka pemberian pupuk untuk padi hibrida sebaiknya pada umur 7 – 10 hari setelah tanam (HST), 21 HST dan 42 HST, masing-masing sebanyak 75 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCl per hektar;  150 kg Urea per hektar, serta 75 kg Urea dan 50 kg KCl per hektar. Pupuk Urea perlu diberikan sebanyak 3 kali, agar pemberian pupuk N menjadi lebih efisien terserap oleh tanaman padi hibrida. Sedangkan pemberian pupuk KCl dilakukan 2 kali, agar proses pengisian gabah menjadi lebih baik dibanding dengan satu kali pemberian bersamaan dengan pupuk Urea pertama.
Pemberian hara P dan K dapat ditentukan berdasar hasil analisis tanah atau melihat status hara P dan K dari peta status hara. Secara umum hara P dan K tidak perlu diberikan setiap musim. Hara P dapat diberikan tiap 4 musim sekali sedangkan hara K dapat tiap 6 musim sekali. Hal ini disebabkan pupuk P yang diberikan ke tanah, hanya ± 20 % nya terserap tanaman sedang sisanya terakumulasi dalam tanah, sementara itu pupuk K yang diberikan ke dalam tanah, hanya terserap tanaman ± 30 % dan sisanya terakumulasi dalam tanah. Sementara itu sumbangan hara K dari air irigasi juga cukup tinggi ± 23 kg K2O/ha/musim atau setara dengan 38 kg KCl/ha/musim. Sumbangan hara berasal dari tanah juga cukup potensial. Besar sumbangan N, P dan K berasal dari tanah dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan hara, sumbangan hara dari tanah dan defisit hara..
Target Hasil (t/ha)
Kebutuhan Hara (kg/ha)
Sumbangan Hara dari Tanah (kg/ha)
Defisit Hara Tanaman (kg/ha)
5 ton/ha
N : 90 kg
N : 40 – 65 kg
N : 25 – 50 kg
P  : 16 kg
K : 12 – 19 kg
P : 0 – 4 kg
K : 90 kg
K : 60 – 100 kg
K : 0 – 30 kg
Suplai hara dari tanah tergantung pada kesuburan tanahnya. Kriteria tanah subur/tidak subur antara lain dapat dilihat pada Tabel 2. Bila para petani bersedia mengembalikan semua jerami ke dalam tanah sawah, maka tidak perlu lagi menambahkan pupuk KCl, karena sebanyak 80 %  hara K yang diserap oleh tanaman padi terakumulasi dalam jerami. Kenyataan yang terjadi kebanyakan para petani lebih senang membakar jerami atau mengeluarkan jerami dari sawahnya untuk media jamur merang atau dibuang begitu saja. Pada pembakaran jerami maka semua N serta sebagian P dan K yang ada dalam jerami hilang.  Dampak negatif lainnya dari pembakaran jerami antara lain mikro organisme tanah terganggu, tanah menjadi padat, kesuburan tanah menurun karena bahan organik tanah ikut terbakar, serta terjadi polusi udara.
Tabel 2. Kriteria tanah subur, sedang dan kurang subur
Sifat Kimia Tanah
Tidak Subur
Subur
Sangat Subur
BO tanah
rendah (C-org < 1%)
Sedang (C-org 1-1,5 %
Sedang – tinggi (C-org 1,5 – 2,5%)
KTK tanah
Rendah (< 10 me/100 g)
Sedang (10 – 20 me/100 g)
Tinggi ( > 20 me/100 g)
Hara tersedia
Rendah (P-olsen < 5 ppm), K-dd < 0,15 me/100 g
Sedang (P-olsen 5-10 ppm), K-dd 0,15 – 0,30 me/100 g
Tinggi (P-olsen > 10 ppm), K-dd > 0,3o me/100g
Hasil gabah tanpa pupuk
2,5 t/ha
4,0 t/ha
> 4,0 t/ha
Sumbangan N dari tanah
30 kg/ha
50 kg/ha
70 kg/ha
Sumbangan P dari tanah
10 kg/ha
15 kg/ha
25 kg/ha
Sumbangan K dari tanah
50 kg/ha
75 kg/ha
100 kg/ha

Sebagai pengganti pupuk anorganik bila terjadi kelangkaan pupuk, ataupun harga pupuk pabrik yang mahal, dapat digunakan pupuk organik dalam bentuk Azolla, Sesbania, Gliricidia, orok-orok dan petai cina. Kelebihan pupuk hijau tersebut adalah mampu menambat N berasal dari udara dalam jumlah yang cukup besar serta tumbuh dengan cepat. Sebagai gambaran, tanaman Azolla mampu menambat N dari udara sebanyak 60 kg N/ha, Sesbania : 267 kg N/ha, Gliricidia : 42 kg N/ha, Orok-orok : 110 kg N/ha dan petai cina : 200 kg N/ha. Secara umum dikatakan bahwa pupuk hijau mampu memenuhi kebutuhan hara N sebanyak 80 % kebutuhan N tanaman. Pemberian pupuk hijau dapat dilakukan dengan cara membenamkan daun-daunnya ke dalam tanah pada waktu pengolahan tanah.
Kombinasi pemberian pupuk organik dan anorganik untuk padi hibrida sangat dianjurkan. Pupuk organik yang dianjurkan berupa pupuk kandang atau kompos jerami sebanyak 2 ton per hektar setiap musim, sedangkan pupuk anorganik yang diperlukan adalah Urea, SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 300 kg, 100 kg dan 100 kg per hektar.
Read More

Penyakit Blas Pada Tanaman Padi Dan Cara Pengendaliannya

08.39 0
Gambar 1. Gejala penyakit blas daun (a), dan blas leher (b)

Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia  grisea. Awalnya penyakit ini berkembang di pertanaman padi gogo, tetapi akhir-akhir ini sudah menyebar di lahan sawah irigasi. Di sentra-sentra produksi padi Jawa Barat seperti di Karawang, Subang, dan Indramayu; Jawa Tengah  di Pemalang, Pati, Sragen, dan Banyumas; Jawa Timur di Lamongan, Jombang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang, penyakit blas banyak ditemukan berkembang di pertanaman padi sawah
Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi,  P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).
Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Penyakit blas juga dapat berkembang pada tanaman selain padi seperti gandum, sorgum dan spesies rumput-rumputan. Pada lingkungan yang kondusif, blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa. Gangguan penyakit  blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso, seperti yang terjadi di Lampung dan Sumatera Selatan.
Biologi dan Ekologi Penyakit Blas
Jamur P. grisea mempunyai banyak ras,  yang mudah berubah dan membentuk ras baru dengan cepat.  Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas membutuhkan waktu kurang lebih 1 mingghu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi (menghasilkan spora baru) yang siap disebarkan  ke udara. Selanjutnya dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22–25 OC. Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan. Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan permeabilitas  dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si), sehingga jamur lebih mudah melakukan penetrasi.  Pemberian Si cenderung membantu kekerasan dan ketegakan daun. Sumber inokulum primer penyakit blas di lapang adalah jerami. Di daerah tropis sumber inokulum selalu ada spanjang tahun karena adanya spora di udara dan tanaman inang alternatif selain padi.
Teknologi Pengendalian Penyakit Blas
 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit blas sperti tanah, pengairan, kelembaban, suhu, pupuk dan ketahanan varietas. Faktor-faktor tersebut merupakan komponen epidemi penyakit yang dapat dikelola untuk tujuan  pengendalian penyakit blas. Upaya untuk mengendalikan penyakit blas  melalui pengelolaan komponen epidemi secara terpadu mempunyai peluang keberhasilan tinggi.
Pengendalian Penyakit Blas dengan Teknik Budidaya
1.   Penanaman Benih Sehat
Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih, sehingga pengendalian dapat  lebih efektif bila dilakukan sedini mungkin. Pertanaman yang terinfeksi penyakit blas sangat tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai benih. Ini perlu ditekankan sebagai syarat untuk kelulusan uji sertifikasi benih. Perlu dilakukan perlakuan/pengobatan benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih. Pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih (soaking) atau pelapisan benih (coating) dengan fungisida anjuran.
2.   Perendaman (Soaking) benih
Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam. Perbandingan berat biji dan volume air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan. Perendaman benih padi sawah dalam larutan fungisida dilakukan sebelum pemeraman.
3.   Cara pelapisan (Coating) benih
Pertama-tama benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman,  selanjutnya benih siap disemaikan.
4.   Cara tanam
Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara pengairan berselang (intermiten). Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi serta menghidarkan terjadinya gesekan antar daun. Petanaman selalu rapat akan menciptakan kondisi lingkungan terutama suhu, kelembaban, dan aerasi yang lebih menguntungkan bagi perkembangan penyakit. Di samping itu pada pertanaman yang rapat akan mepermudah terjadinya infeksi dan penularan dari satu tanaman ke tanaman lain.
5.   Pemupukan
Pupuk nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit blas. Artinya pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas. Oleh karena itu, disarankan menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang.
Penanaman Varietas Tahan.
Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah menggunakan varietas tahan. Penggunaan varietas tahan harus disesuaikan dengan sebaran ras yang ada di suatu daerah. Beberapa varietas padi yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit blas diantaranyas adalah Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, dan Inpago 8. Upaya lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan varietas tahan adalah dengan tidak menanam padi secara monogenik (1 atau 2 varietas) secara luas dan terus menerus. Bila padi tersebut ditanam terus menerus sepanjang tahun maka harus dilakukan pergiliran varietas. Beberapa varietas yang berbeda tingkat ketahanannya ditanam pada satu areal, dapat mengurangi tekanan seleksi terhadap patogen, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras baru patogen dan patahnya ketahanan suatu varietas.
Penggunaan Fungisida untuk Penyemprotan Tanaman
Perlakuan benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman.  Hasil  percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukkan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20% efektif menekan perkembangan jamur P. grisea. Penyemprotan dengan fungisida sebaikny dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga. Beberapa fungisida yang dianjurkan untuk pengendalian penyakit blas tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Fungisida untuk pengendalian penyakit blas melalui penyemprotan
Nama Umum            (Bahan Aktif)
Nama Dagang
Dosis Formulasi /aplikasi
Volume Semprot /ha
Isoprotiolan
Fujiwan 400 EC
1 lt
400-500 lt
Trisiklazole
Dennis 75WP, Blas 200SC, Filia 252 SE
1 lt / kg
400-500 lt
Kasugamycin
Kasumiron 25 WP
1 kg
400-500 lt
Thiophanate methyl
Tyopsin 70WP
1 kg
400-500 lt
Pencegahan
1. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi dengan menjaga kebersihan lingkungan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan mengingat patogen dapat bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman.
2. Pemberian kompos jerami
Pemberian bahan organik berupa jerami sisa panen untuk penyehatan lahan harus dikomposkan lebih dulu. Pengkomposan jerami dapat menyebabkan miselia dan spora jamur mati, karena naiknya suhu selama proses dekoposisi.
Kiat-Kiat Pengendalian Penyakit Blas.
  1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah setempat.
  2. Gunakan benih sehat.
  3. Hidarkan penggunaan pupuk nitrogen diatas dosis anjuran.
  4. Hindarkan tanam padi dengan varietas yang sama terus menerus sepanjang tahun.
  5. Sanitasi lingkungan harus intensif karena inang alternatif patogen dapat berupa rerumputan.
  6. Hindari tanam padi terlambat dari tanaman petani di sekitarnya.
  7. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 30 hari setelah sebar.
  8. Penyemprotan fungisida sistemik sebaiknya 2 kali pada saat stadia tanaman anakan maksimum dan awal berbunga untuk mencegah penyakit blas daun dan blas leher terutama di daerah endemik.
  9. Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).
  10. Pemakaian kompos sebagai sumber bahan organik.
.


Read More

Post Top Ad

Your Ad Spot