TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI VARIETAS IPB 3S - Petani Udik

Recent Posts

ads

Hot

Post Top Ad

Your Ad Spot

Jumat, 30 Maret 2018

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI VARIETAS IPB 3S

Hasil gambar untuk BUDIDAYA PADi

Oleh :Efendy Manan

Pihak Pemerintah belum lama ini panen raya padi IPB 3S sebanyak 9,4 ton GKG/ha di Karawang….
Begitulah headline beberapa media massa yang beberapa minggu yang lalu. Berita ini pula yang menjadi perbincangan dan menjadi trending topic bagi sebagian besar petani kita.Betapa tidak,varietas ini umurnya sangat genjah namun bisa menghasilkan malai hingga 400 bulir/malai dengan potensi hasil 11.23 ton GKG/ha. Selain itu varietas ini lebih tahan penyakit tungro,blas dan lebih tahan kekeringan. Sehingga tidak salah jika pemerintah melalui Kementrian Pertanian mensosialisasikan padi jenis ini untuk ditanam secara lebih luas di seluruh daerah di Indonesia.
Sebenarnya varietas ini sudah diperkenalkan 2 tahun yang lalu dalam expo memperingati 50 tahun berdirinya IPB namun baru tahun ini dilakukan tanam massal di lahan seluas 65 ha dan sebagian kecil petani kita sudah pernah menanamnya dengan berbagai hasil yang diperoleh seperti Bpk H.Faiz al Farizy dari desa Pujer Bondowoso beliau telah menanam IPB 3 S selama 3 musim dengan hasil yang lbh baik daripada jenis padi lainnya yang ditanam petani setempat.Beliau juga mengatakan IPB 3S bermalai panjang ditanam dan lbh genjah sehingga cocok ditanam didaerah beliau yang pada musim kemarau agak kesulitan air. Namun di sisi yang lainnya saya mendapat laporan beberapa petani yang menuai kekecewaan karena hasil panen tidak optimal dengan keluhan bulir tidak bisa terisi penuh hingga ke pangkal karena kurangnya pengetahuan petani terhadap Budidaya IPB 3S yang baik dan benar.
Oleh karena itu,saya mencoba menghubungi bapak Dr. Sugiyanta sebagai salah satu pakar budidaya Padi di Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB untuk berbagi Teknologi Budidaya IPB 3S hingga dapat menghasilkan panen 9,4 ton GKG yang saya coba rangkumkan sehingga dapat diaplikasikan oleh petani kita sebagai berikut:
1.Persemaian
  • Gunakan benih bermutu
  • Sebelum disemai benih disortir dengan larutan garam,semai benih yang tenggelam dan buang benih yang melayang,cuci dengan air bersih sebelum direndam
  • Rendam benih sehari semalam dan beri perlakuan fungisida
  • Inkubasikan benih dalam karung basah sampai tumbuh bakal akar (melentis putih)
  • Pengamatan dan pengambilan telur ngengat penggerek batang

2.Pengolahan Tanah
  • Olah tanah sempurna dan rata
  • Benamkan jerami
  • Aplikasikan pupuk organik hayati (Bio organik ) 300 kg/ha 1-3 hari sebelum tanam

3.Penanaman
  • Pindah tanam bibit pada umur 10-14 hari setelah semai
  • Kondisi air pada saat tanam adalah macak-macak
  • Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 20 cm dengan 2-3 bibit perlubang atau 20cm x 40cm x 15 cm,atau 25 cm x 35 cm dengan 3-4 bibit per lubang.
  • Beri perlakuan pencelupan akar dengan probiotik

4.Pengairan
Teknik irigasi berselang atau intermitten.Air dialirkan ke sawah hingga tergenang sekitar 5 cm dan dibiarkan meresap habis ketanah kemudian air dimasukkan kembali.Pengeringan dilakukan saat pemupukan dan 10 hari menjelang panen.

5.Pemupukan
  • Umur 5-7 hari setelah tanam (HST) dipupuk 100 kg NPK 15-15-15 /ha + 50 kg pupuk Urea /ha
  • Umur 21 hst dipupuk 100 kg NPK 15-15-15 /ha + 50 kg Urea /ha
  • Umur 35 hst dipupuk 100 kg NPK 15-15-15 /ha
  • Pupuk silika dosis 1 L/ha/aplikasi disemprot pada umur 10 dan 30 hst.Diusahakan tidak ada hujan 4 jam.
  • Berdasarkan rekomendasi setempat

6.Pengendalian Hama dan Penyakit
• Lakukan pengamatan setiap hari (terutama hingga umur 1 bulan) terhadap :
a. Keberadaan hama wereng dan telurnya di pangkal batang
b. Keberadaan ngengat (penerbangan) dan telur penggerek batang
c. Keberadaan kepinding tanah di pangkal batang
d. Keberadaan kupu-kupu dan ulat hama putih palsu
e. Dilakukan gerakan pengendalian hama tikus dan penerapan LTBS
f. Penyemprotan insektisida untuk penggerek batang dan wereng apabila diperlukan serta fungisida untuk kresek dan blas pada saat stadia bunting kecil dan setelah malai keluar merata.

7.Pemanenan
• Lakukan panen setelah sekitar 90% bulir padi menguning
• Lakukan panen setelah embun kering dan tidak waktu hujan
• Segera dirontok setelah dipotong dengan menggunakan thresser dan alas panen 9m x 9 m
• Apabila gabah diproses oleh petani lakukan segera pengeringan
• Apabila tersedia gunakan jasa mesin alat panen (Combine Harvester)

Sumber :
Dr.Ir Sugiyanta Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot