Penulis : Nurman Ihsan, SP ( THL TBPP DEPTAN di BANTEN )
Kalau kita lihat deskripsi padi ciherang maka akan kita dapatkan potensi hasil tertinggi adalah 8,5 ton/ha. Hasil ini biasanya didapatkan dari berbagai demplot yang dilakukan oleh para peneliti.
“bila di tingkat petani didapatkan hasil 80 % dari potensi hasil tertinggi saja itu sudah bagus,,,” begitu komentar salah satu peneliti di BPTP Banten.Saya pun berkomentar dalam hati karena tidak ingin berdebat: “betul, tapi siapa dulu petaninya,,,”
Bila para petani yang memakai pupuk kompos sekedarnya, jerami pun masuk ke sawah akibat dibakar, begitu mengandalkan pupuk kimia dan pestisida kimia, maka wajar saja dapat hasil 80 % dari potensi tertinggi hasil sudah bagus. Itu artinya dapat 80 % dari 8,5 ton/ha yaitu sekitar 6,8 ton/ha.
AKAN TETAPI, bila ada petani yamg memasukakan semua jerami ke sawah kembali, memakai pupuk kompos/kandang/dll, memainkan peran mikroorganisme, memberikan MOL/pupuk hayati secara berkala, memasukkan pupuk secara berimbang, menggunakan pesnab untuk menjaga agroekosistem sehinga sawah sehat, maka mendapatkan hasil di atas potensi hasil adalah WAJAR.
Dengan perlakukan di atas maka dengan mendapatkan hasil 10-11 ton/ha untuk varietas ciheranga adalah WAJAR.
Makanya, salah satu teman kita yaitu Pak Rijal -dan mungkin juga beberapa petani kita yang lain- bisa mendapatkan hasil panen padi ciherang dengan angka ril -bukan ubinan- yaitu 11 ton/Ha.
Berikut ini adalah cara budidaya yang dilakukan oleh Pak Rijal – maaf Pak Rijal, ada beberapa bagian yang saya tambahkan-
BENIH :
Untuk mendapatkan benih, ada perlakuan yang dilakukan oleh Pak Rijal yaitu melakukan seleksi sendiri.
Bagaimana caranya?
Karena hasil MT1 bagus, maka tanaman padi yang berada di barisan pinggir legowo -kiri dan kanan- diambil. Kebutuhannya sekitar 6 karung, itupun masih dengan tangkainya. Kemudian diilas dan dijemur sampai benar-benar kering dan ditapeni. Lalu disimpan untuk benih MT3 (menurut pengamatan kami padi yang berada di dekat legowo berbulir 170-200 dan lebih bernas sedangkan yang ditengah 130-180 per malai).
Setahu saya, Pak Rijal lebih sering memakai sistem tanam jajar legowo 5:1 tanpa sisipan di MT-1 dan MT-2. Untuk di MT-3, Pak Rijal memakai sisipan.
Mengapa? sebab dengan tanpa sisipan di MT-1 dan MT-2 akan mengurangi kelembapan. Seperti kita ketahui bersama, kelembaban merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hama dan penyakit mudah berkembang biak.
PERLAKUAN BENIH :
Karena ingin menggunakan benih kembali maka benih-benih yang disimpan tsb diambil. Kemudian
- Dijemur 1 jam dan disortir dengan cara direndam dalam air dengan perlakuan telur bebek dan dibuang yang mengapung (* telur bebek dimasukkan kedalam air dan diberi garam grosok sampai mengapung)
- Dicuci sampai bersih (tidak asin lagi)
- Direndam dengan POC dan Silika sesuai dosis selama 24-36 jam (saya memakai MA-11dan Biomax), menurut pengalaman, hal itu membuat perakaran lebih banyak di umur 15 hss dan tidak mudah putus, batang lebih kokoh/tidak mudah rusak ketika dicabut.
- Diperam selama 1 hari dan disebar ke lahan persemaian seluas 400 m2/25 Kg (benih sudah pecah mata)
PEMBUATAN PERSEMAIAN (1 hari sebelum perlakuan benih)
- Lahan 400 m2/Ha dan disemprot MO/pupuk hayati/MOL sebelum dibajak.
- Diratakan dan dibedeng arah timur barat tiap 1,5 m.
- Ditaburkan petroganik 80 Kg, biarkan selama 2-3 hari baru disebar benih.
PEMELIHARAAN BIBIT :
- umur 5 hss digenangi dan dipupuk phonska 8 Kg
- umur 12 hss disemprot dengan urine yg difermentasi dengan daun nimba, gadung dan tembakau.
- umur 15 hss dicabut dan pindah tanamkan maksimal sampai keesokan harinya.
PENGOLAHAN TANAH :
- Sebelum dibajak disemprot dengan MO (oplosan EM4 dan MA11 masing-masing 5 liter/Ha)
- Pembajakan 1 dilakukan bersama dengan pembuatan persemaian
- Pembajakan 2 saat bibit berumur 10 hss
- Perataan tanah/penggaruan dilakukan saat bibit umur 11 hss
- dipupuk petroganik/kompos 18 zak (720 Kg/Ha)
- lahan ditanami 5 hari setelah penggaruan (ada waktu untuk pengambilan keong yang menjadi hama utama bibit muda)
PERTANAMAN/PENGELOLAAN / Ha :
1.Tanam jajar legowo 5:1 dengan sisipan 25x25cm
2.Pengairan macak-macak sampai 10 hst
3.umur 10 hst disemprot urine+MO
4.Lahan dibiarkan mengering sampai retak
5.umur 13 hst digenangi dan dipupuk 150 Kg phonska + 4 zak ( 160 Kg) petroganik/kompos
6.umur 14 hst penggasrokan ke 1
7.Pengairan berselang 2x seminggu
8.umur 20 hst disemprot urine yg difermentasi dengan jus taoge
9.umur 23 hst penggasrokan ke 2
10.umur 24 hst dipupuk 150 Kg phonska + 75 Kg urea + 4 zak petroganik/kompos
11.umur 30 hst disemprot urine yg difermentasi dengan jus taoge
12.umur 35 hst dipupuk urea 75 Kg + 4 zak petroganik/kompos
13.mulai umur 40 hst lahan diari terus (dijaga tetap berair)
14.umur 40 hst disemprot urine fermentasi + mol buah (pisang)
15.umur 48 hst disemprot urine fermentasi + mol buah (pisang)
16.umur 56 hst disemprot urine yg difermentasi dengan daun nimba, gadung dan tembakau + mol buah (pisang)
17.umur 62 hst (saat hampir berbunga) disemprot pestisida sistemik + fungisida gol. azol
18.umur 75 hst (selesai penyerbukan/mulai merunduk) disemprot mol buah (pisang)
19.umur 85 hst disemprot MO + mol buah (pisang), walaupun belum diteliti kami bermaksud mengurangi dampak negatif dari pestisida dan fungisida yang diberikan.
20. umur 90 hst lahan dikeringkan
catatan :
- waktu tanam dikondisikan pada tanggal muda sistem penanggalan hijriyah/bulan, maksudnya agar saat mrapu/berbunga tidak bersamaan dengan penerbangan ngengat yg banyak, pengalaman kami saat bulan terlihat terang lebih banyak ngengat yg menyebabkan beluk/sundep.
- hasil akhir pemakaian kompos ataupun petroganik tidak berbeda signifikan
- saat bunting sangat rawan sehingga pemakaian pestisida sistemik dan fungisida kadang diperlukan (kami belum full nabati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar