Tanam Padi Dalam Pot - Petani Udik

Recent Posts

ads

Hot

Post Top Ad

Your Ad Spot

Jumat, 30 Maret 2018

Tanam Padi Dalam Pot


Padi pot siap panen.

Komando Distrik Militer (Kodim) 0610 Sumedang, Provinsi Jawa Barat, memanen padi pada November 2015. Namun, mereka tidak perlu masuk sawah untuk memanen malai Oryza sativa. Mereka cukup menuai padi di pot berupa wadah bekas cat. Menurut Perwira Seksi Teritorial Kodim (Pasiter) Kodim 0610 Sumedang, Lilo Witjaksono, setiap pot terdiri atas satu bibit varietas mapan P-05.
Padi yang ditanam pada Juli 2015 itu siap panen setelah berumur 125 hari. Kodim menuai 13 ons per pot. Penanaman padi perdana di Kodim 0610 Sumedang itu sangat memuaskan. Mereka menanam dengan metode system of rice intensification (SRI). “Kami tanam padi berumur 10 hari setelah semai, tanam tunggal, dan dangkal,” ujar Lilo. Dalam satu pot mampu menghasilkan 115—150 anakan. Padahal, biasanya varietas itu hanya menghasilkan 80—90 anakan.
Panen
Menurut Komandan Kodim 0610 Sumedang, Sri Wellyanto, semua anakan padi tumbuh dan produktif menghasilkan bulir padi. Setiap malai menghasilkan 450—500 bulir padi. Selain produksi yang tidak kalah dengan padi sawah, padi dalam pot juga minim perawatan. Pengendalilan hama dan penyakit cenderung lebih sedikit karena populasi tanaman yang tidak sebanyak lahan di sawah. “Tidak ada hama mengerat seperti tikus,” ujar Lilo.
Namun, hama lain seperti belalang dan wereng cokelat tetap ada dengan populasi sedikit dan dapat dikendalikan dengan pestisida organik. Mereka membuat pestisida organik dari bahan rempah-rempah yang mengeluarkan aroma dan sifatnya pedas. Ramuan itu berbahan rimpang jahe, kencur, lengkuas, dan daun belimbing wuluh. Mereka memfermentasi selama semalam dan menyemprotkan campuran ramuan itu.
Frekuensi pemberian pestisida organik minimal 2 pekan sekali. Paling efektif penyemprotan pada malam hari karena hama cenderung banyak pada malam hari. Pemberian pestisida organik itu bersifat menggusur hama tanpa membunuh. Tanaman yang terkena juga tidak terpapar racun seperti jika disemprot dengan pestisida kimia. “Jadi aman untuk disemprotkan meski dosis banyak,” ujar Lilo.

Mereka juga tidak menggunakan pupuk kimia untuk tanaman padinya. Pupuk yang dibarikan adalah daun kaliandra, jerami, dan pupuk kandang campuran sapi dan kambing dengan dosis 1:1:1. Selain itu mereka juga menambahkan bakteri corine. Penanaman padi dengan media organik dan memanfaatkan wadah bekas itu merupakan kegiatan Kodim 0610 untuk mendukung swasembada pangan.
Dalam penanaman perdana itu Kodim 0610 menanam dalam skala penelitan dengan biaya yang murah dan sederhana. Kini mereka meneruskan menanam padi di pot untuk contoh nyata budidaya padi di pot. Menurut Lilo kini penanaman padi kedua sudah dipanen pada 24 Juni 2016. Menanam padi dalam pot juga tidak memerlukan lahan yang luas. Kodim 0610 Sumedang meletakkan padi potnya dengan jarak 50 cm.
“Cukup jejerkan pot di depan perkantoran atau rumah. Selain menghasilkan, tanaman padi juga bisa berfungsi sebagai tanaman hias sebelum dipanen,” ujarnya. Inovasi penanaman padi dengan wadah ember bekas itu akan disosialisasikan ke petani di Sumedang. Untuk itu Kodim Sumedang bekerja sama dengan Dinas Pertanian agar penyebaran informasi ke petani lebih cepat.
Sasaran utama penerima informasi itu adalah generasi muda. Mereka berharap generasi muda ikut menanam padi dengan skala kecil di pot. Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan adalah memamerkan padi organik yang di tanam di wadah bekas dalam pameran pembangunan. Selain itu Kodim 0610 Sumedang juga memerintahkan Komando Rayon Militer (Koramil) dan jajarannya untuk menanam padi dalam pot.
Penanaman padi pot itu diharapkan dapat menjadi contoh di wilayah masing-masing Koramil. Dengan demikian petani yang tidak memiliki lahan pribadi dapat ikut mencoba dan yang memiliki sawah menggarap sawahnya dengan cara organik. Masyarakat dapat meniru sistem budidaya itu karena murah, hemat lahan, praktis, dan cara mudidaya juga relatif mudah (baca ilustrasi: “Padi Pot Praktis”)
Skala riset

Kepala Seksi Tanaman Buah Dinas Pertanian Kalimantan Barat, Ir Anton Kamarudin MS, juga menanam padi di dalam pot sejak 2012. Ia dan rekannya menanam padi di dalam pot untuk keperluan riset. Ia menanam padi dengan benih berumur 30 hari. Mereka menaman 20—30 bibit per lubang tanam. Metode tanam itu kini terkenal dengan nama hazton. Kini Anton dan rekannya masih menanam pot untuk keperluan riset lainnya.

Mereka menanam padi di pot berdiameter 30 cm dengan tinggi 30 cm. Anton mengisi tanah hingga ketinggian 20 cm dan air hingga permukaan pot. Media tanam yang digunakan dalam riset itu bermacam-macam yaitu pasir 100%, lumpur 100%, dan campuran keduanya dengan perbandingan 50:50. Menurut Anton campuran kedua media itu yang paling ideal untuk media tanam padi di dalam pot.
Menurut dosen Agronomi, Universitas Sebelas Maret (UNS), Edi Purwanto, di beberapa perguruan tinggi, menenam padi di dalam wadah untuk penelitian sudah wajar dilakukan. “Di UNS beberapa mahasiswa menggunakan ember besar untuk menanam padi dalam skala penelitian,” ujar Edi. Pertumbuhan padi di dalam pot memang tidak jauh berbeda dengan di lahan sawah. Namun, perlu memperhatikan varietas yang cocok.
Menurut Anton umur tanaman dan tinggi tanaman padi perlu diperhatikan dalam memilih varietas. “Padi ciherang yang memiliki umur 116—126 hari cocok untuk di tanam di pot,” ujarnya. Selain itu varietas IPB-35 juga dapat ditanam di dalam pot karena tanaman tidak terlalu tinggi. Pemilihan padi dengan ciri daun bendera yang ke atas juga dapat digunakan. Pasalnya menurut Anton daun bendera itu dapat mengelabui hama burung pemakan bulir padi.
Menurut Edi ke depannya menanam padi di pot menarik untuk di kembangkan. Namun, sampai sekarang, pengembangangan padi di pot belum sampai tahap komersial melainkan untuk skala rumah tangga. Setiap rumah dapat menanam padi di lahan yang terbatas menggunakan pot. Selain di perkotaan, daerah pantai dengan kurangnya sumber air tawar menanam padi di pot jadi solusi. (Ian Purnama Sari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot